Sosoknya yang begitu ramah, inspiratif dan
bersemangat membuat saya kagum. Yang lebih mengagumkan, dibalik kebangsaan
Amerika yang ia sandang, ia sangat amat mencintai budaya Indonesia. Saya masih
ingat betul, Oktober lalu saya ikut hadir di World Premiere film pendek yang ia
release di Pacific Place, Jakarta.
Dian,film pendek yang
bukan sekedar film pendek. Disutradarai oleh Tamara, film bernuansakan budaya
Jawa yang begitu kental dikemas dengan cerita yang bener-bener keren. Pas filmnya
selesai pun, saya dan penonton lainnya masih ‘ketagihan’. Kita mau durasi yang
lebih lama! Pemainnya pun bukan sembarangan. Prisia Nasution, siapa sih yang ga
kenal artis cantik berbakat ini? Prisia sukses memainkan peran Dian yang lekat
di hati saya.
Kerennya budaya
kita yang sampe membuat Tamara dan rekan-rekannya membuat film ini. Bangga jadi
warga Indonesia, tapi, apa kita bisa menghargai budaya kita dengan mengaplikasikannya
di dunia seni sebaik Tamara? Menyatukan hati dan budaya.
----------------------------------------------------------------------------------------------
Beberapa hari
lalu waktu nonton Net TV, ga sengaja saya liat sekilas tayangan film “Sri
Ngilang (The Disappearance of Sri)”. Itu film apa si? Saya yang penasaran pun
langsung buka YouTube. Film ini adalah film yang idenya cukup simple buat saya,
tapi dikemas begitu apik. Yang bikin unik, film ini dibuat dan dimainkan oleh
para mahasiswa seni budaya Jawa di salah satu universitas di Australia. Kabarnya,
memang di universitas itu terdapat jurusan yang khusus mempelajari bahasa Jawa.
Luar biasa! Cuma itu
kata-kata yang terucap di hati saya. Gimana ga keren? orang luar mempelajari bahasa
daerah kita. Bukan cuma sekedar dipelajarai, tapi diterapkan. Bukan Cuma bahasa
nya aja, tapi juga budaya nya. Selama film tersebut, saya perhatiin setting
tempat, pakaian, logat, bahasa tubuh, bahkan uang rupiah kita pun ada di sana
loh . Selama menonton fim berdurasi 27 menit tersebut, saya dibuat
terkagum-kagum bukan main, bisa ya mereka mengemas sebuah ide yang sederhana
seapik itu.
Keren ya budaya
kita yang sampe membuat kawan-kawan negara tetangga kita mau belajar dan
menciptakan karya seni dari budaya negara kita. Bangga jadi warga Indonesia,
tapi, apa kita bisa ya menjadikan budaya itu bagian yang ga lekang dimakan
jaman, dipelajari dengan tekun dan dihidupkan di tiap hati kita? Kapan ya
terakhir kali kita belajar bahasa daerah kita? Hmmm
"Sri Ngilang" is a language learning exercise for foreign students of elementary Javanese. By performing the play students visualise and practise the complex respect levels of everyday Javanese and learn a little of Java’s music culture and melodramatic theatre. Javanese is one of 14 Asian languages offered at the Australian National University
Ada lagi yang
patut kita renungkan. Kenapa mereka mau belajar bahasa daerah kita dengan
segala kebudayaan lainnya? Pasti ada tujuannya. Entah itu dilihat dari sudut
pandang ekonomi atau nilai estetika seni itu sendiri. intinya, mereka bisa
selangkah atau jauh beberapa langkah di depan kita. Nah loh, ketinggalan lagi
kan! Ayo mulai berpikir!
0 komentar:
Posting Komentar