Rabu, 26 September 2012

Jakarta Post #4 : Candidates told to take down banners


ENGLISH
Candidates told to take down banners
The Jakarta Post, Jakarta | Jakarta | Tue, September 18 2012, 10:00 AM
A- A A+
Paper Edition | Page: 10
As the city enters a three-day quiet period before voters return to the polls for the gubernatorial runoff, officials are telling campaigns to take down their banners and posters.

Jakarta Elections Supervisory Committee (Panwaslu) chairman Ramdansyah told reporters at Jakarta Police headquarters that the campaigns and the Jakarta Public Order Agency (Satpol PP) would tear down banners and posters on Tuesday and Wednesday.

Ramdansyah said that the banners that could still be observed in the city as of Monday should be tolerated due to the campaigns’ lack of human resources.

“We will make sure the city is clean from campaign banners on election day, with the help of Satpol PP officers,” he said.

Among the banners slated for removal were the “Thank You, Pak Governor” banners currently visible across the capital, Ramdansyah said.

“It would be unfair if the banners are still up as Governor Fauzi Bowo is currently running in the runoff election,” Ramdansyah said.

The banners, depicting Fauzi and listing his accomplishments, have been up for about a week. They were allegedly erected by some Fauzi supporters acting independently of his campaign team.

However, Ramdansyah urged Fauzi’s campaign to take the banners down to avoid allegations of campaign fraud.

The second round of the gubernatorial election has seen several negative campaigns conducted by the campaigns and by candidates’ ostensibly independent supporters.

In one such campaign, the Association of Indonesian Traditional Market Traders (APPSI) allegedly arranged for the broadcast of commercials backing Joko “Jokowi” Widobo in the runoff.

APPSI is led by Lt. Gen. (ret.) Prabowo Subianto, who is also chief patron of the Great Indonesia Movement Party, which has backed Jokowi, along with the Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI-P).

According to Ramdansyah, the APPSI violated electoral rules by paying TV stations to run commercials backing Joko outside the campaign period for the gubernatorial runoff poll.

Ramdansyah said that the offense carried a maximum sentence of three months’ detention or payment of a Rp 1 million fine.

The police said that they would investigate the case and would summon Prabowo, who has repeatedly failed to fulfill summonses for questioning by the committee.

Amid the negative campaigns, several well-known artists are calling for free and fair elections in the capital.

The artists, grouped under the moniker of Revolusi Cerdas DKI (Jakarta Smart Revolution), include musician Katon Bagaskara, actor Deddy Mizwar, singers Indra Bekti, Glenn Fredly and Andre Hehanusa and television presenter Charles Bonar Sirait.

The artists plan to inform use social media to inform voters about the election, such as the actual date of the runoff, and offer tips on how to avoid invalidating their votes, according to Katon, the founder of Revolusi Cerdas DKI.

“Voters have to be active in monitoring the execution of the election to make sure that their votes do count,” he said.

He said that if voters saw any indication of wrongdoing, then they could take a photo as evidence and upload it to the Face-book page of Revolusi Cerdas DKI. (aml/han)

INDONESIA
Kandidat menyuruh untuk menurunkan spanduk
Selama kota memasuki masa 3 hari  tenang sebelum pemberian suara kembali untuk memberikan suara pada pemilihan gubernur, pegawai negeri memerintahkan para kampanye untuk menurunkan spanduk dan poster mereka.
Panitia Pengawas Pemilu Jakarta (Panwaslu) ketua Ramdansyah menceritakan pada Jurnalis di markas besar polisi Jakarta, bahwa pengkampanye masyarakat jakarta Satuan Polisi (Satpol PP) akan menurunkan spanduk dan poster  pada hari Selasa dan hari Rabu.
Ramdansyah berkata bahwa spanduk yang masih diperhatikan di kota sampai hari Senin masih di beri toleransi sebagai hak kekurangan pengkampanye.
“kami akan memastikan seluruh kota bersih dari spaduk kampanye saat hari pemilihan, dengan bantuan dari anggota satpol PP,” dia mengatakan.
Diantara spanduk-spanduk tersebut ada yang bertuliskan “Terimakasih Pak Gubernur” secara bersamaan terlihat sepanjang jalan ibu kota, Ramdansyah menambahkan.
“ akan menjadi tidak adil jika spanduk masih terpampang sebagai gubernur Fauzi Bowo yang sekarang ini masih dalam pemilihan (pilkada)”. Ramdansyah menambahkan.
Spanduk-spanduk tersebut , menggambarkan Fauzi dan menunjukkan prestasinya, telah terpampang selama 1 minggu. Yang menurut dugaan dipasang oleh beberapa pendukung Fauzi sebagai tindakan bebas dari tim kampanye nya.
Bagaimanapun, Ramdansyah mendesak para kampanye Fauzi untuk menurunkan spanduk untuk menghindari segala dugaan dari kecurangan kampanye.
Dari Purtaran kedua pemilihan gubernur ini  terlihat beberapa kampanye negatif dari tingkah laku pengkampanye dan dari pendukung partai kandidatnya sendiri.
Seperti di salah satu kampanye, Asosiasi Pasar Pedagang Tradisional (APPSI) yang menurut dugaan telah mengatur iklan penyiaran kembalinya “Jokowi” Widodo dari pemilihan.
APPSI yang diketuai oleh Prabowo Subianto, yang juga ketua penyokong Partai Besar Pergerakan Indonesia yang telah kembalinya Jokowi, bersama dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Menurut Ramdansyah, APPSI melanggar peraturan pemilu dengan membayar stasiun televisi untuk mengiklankan Jokowi diluar waktu kampanye untuk pemberian suara dalam pilkada.
Ramdansyah mengatakan bahwa pelanggaran akan dikenakan hukuman maksimal 3 bulan penahanan atau membayar denda 1 juta rupiah.
Polisi mengatakan kalau mereka akan menyelidiki kasus tersebut dan akan memanggil Prabowo, yang telah berulang kali gagal memnuhi surat panggilan untuk ditanyai oleh panitia.
Ditengah kampanye negatif, beberapa artis terkenal membebaskan diri (dari kampanye negatif) dan bersikap baik dalam pilkada di ibu kota Jakarta.
Para artis, dikelompokan dalam moniker Revolusi Cerdas DKI. Termasuk musisi Katon Bagaskara, artis Deddy Mizwar, penyanyi Indra Bekti, Glenn Fredly dan Andre Hehanusa dan presenter televisi Charles Bonar Sirait.
Para artis tersebut merencanakan untuk memberi informasi dengan media sosial untuk menginformasikan pemberi suara tentang pilkada, seperti waktu aktual untuk pemberian suara, dan tawaran tips tentang bagaimana menghindari ketidak-sah-an suara mereka, sesuai dengan Katon, Founder Revolusi Cerdas DKI.
“pemberi suara harus aktif  menangkap pelaksanaan  pilkada untuk memastikan bahwa suara mereka terhitung,” Ia mengatakan.
Dia berkata bahwa jika pemberi suara melihat indikasi dari pelanggaran, mereka bisa mengambil fotonya sebagai bukti dan mengunggahnya ke halaman facebook Revolusi Cerdas DKI.

0 komentar:

Posting Komentar