Sabtu, 29 September 2012

Jakarta Post #6 : Art festival boosts image of Surakarta




Art festival boosts image of Surakarta
Kusumasari Ayuningtyas, The Jakarta Post, Surakarta | Headlines | Sun, September 30 2012, 9:34 AM
A- A A+
Paper Edition | Page: 2
 
Flying: British dancer Robin Simpson from aerobatic troupe The Dream Engine performs Heliosphere, a dance suspended from a helium balloon, on opening night of the 2012 Solo International Performing Arts (SIPA) festival in Mangkunegaran Palace, Surakarta, on Friday. (JP/Kusumasari Ayuningtyas)
The fourth annual Solo International Performing Arts (SIPA) festival, held in the Central Java city of Surakarta, seems to have proven successful both in terms of increasing attendance and offering a greater variety of themes from previous years.


“We deliberately make different themes each year for SIPA,” the chairwoman of the festival’s organizing committee, Irawati Kusumorasri, said.

Irawati, who has been heading the festival’s preparation since 2009, said that the basic concept of SIPA was to unite diverse arts on a single stage.

It reflects the unity of the performing arts and the community, she said. “It always tries to make cultural energy the vitality of life.”

SIPA, according to Irawati, was in line with the programs of Mayor Joko “Jokowi” Widodo in his bid to make Surakarta, or Solo as the city is more popularly known, a MICE (meeting, incentive, convention and exhibition) city.

“Since the beginning Pak Jokowi has been very supportive. He recommends SIPA to everywhere. It really helps us,” Irawati said.

Jokowi, according to Irawati, also played a significant role in redesigning SIPA as an annual event, from its previous biennially basis, in order to further boost its image.

Yet, this year, Jokowi was unable to officially open the festival as he was preparing for his inauguration as the governor of Jakarta after being officially declared the winner of the election, following the Sept. 20 runoff against incumbent Governor Fauzi Bowo.

The opening ceremony on Friday was overseen by Deputy Surakarta Mayor FX Hadi Rudyatmo with the ambassadors from South Korea, the Philippines and Brunei Darussalam in attendance.

Heliosphere, performed by the British Councils’ The Dream Engine opened the festival, themed “Go Green: Save Our World”, on Friday evening.

Their performance at the festival was monumental because it was the first time that Heliosphere, featuring acrobatic dancer suspended from helium ballons, was ever performed in Indonesia.

“This is a fantastic opportunity. We ever read it on the website, and this is our performance here in Indonesia,” director of The Dream Engine, Steve Edgar, said.

The audience was especially amazed by the courageous performance of Heliosphere’s lead dancer, Robin Simpson.

“I thought she was a man. She was completely brave,” 23-year-old audience member Muhammad Ikhsan said.

The group was also scheduled to perform on Saturday together with Hohgakubu Tohoku from Japan, Duta Seni Krakatau Steel from Banten, Gui Zhi Theater from Taiwan, Lutgardo Luza Labad from the Philippines and Independent Expression from Surakarta.

Singer-turned-environmentalist Ully Sigar Rusady, along with her sister Paramitha Rusady, her daughter Elsa Sigar and her granddaughter, Cinta, also put together an interesting performance.

After her performance, Ully distributed 10,000 sengon tree seedlings to members of the audience.

“I never stop asking people re-green our own environment. Let’s go green our city,” Ully shouted.

On Sunday, the third day and penultimate day of the festival, activities got underway with a performance by Carel Kraayenhof from the Netherlands, followed by performances from Mugi Dance of Surakarta, Buntus Capoeira of Brazil, Teater Tetas of Jakarta and Suvarnabhumi of Yogyakarta.


Festival Seni Mengembangkan Gambaran Surakarta
Terbang : Penari Inggris, Robin Simpson dari rombongan akrobatik The Dream Engine ( Mesin Mimpi) menggelar pertunjukan Heliosphere, sebuah tarian gantung dari balon helium, pada malam pembukaan pertunjukan Solo International Performing Arts (SIPA) 2012 --- Pertunjukan Seni Internasional Solo --- di istana Mangkunegara, Surakarta hari Jumat. (JP/Kusumasari Ayuningtyas)
Pertunjukan festival Solo International Performing Arts (SIPA) yang ke-empat, di adakan di Jawa Tengah kota Surakarta, terlihat telah membuktikan kesuksesan baik di masa peningkatan kehadiran dan menawarkan tema-tema yang lebih besar dari tahun-tahun lalu.
“kami sengaja membuat tema yang berbeda setiap tahun untuk SIPA ” kata ketua panitia pengorganisir festival, Irawati Kusumorasri.
Irawati, yang telah menjadi ketua persiapan festival sejak tahun 2009, mengatakan bahwa konsep dasar dari SIPA adalah untuk menpersatukan berbagai macam kesenian di satu panggung.
festival menggambarkan persatuan pertunjukan seni dan masyarakat, Ia mengatakan. “festival tersebut selalu mencoba untuk membuat kekuatan kebudayaan sebagai kekuatan kehidupan.”
SIPA, menurut Irawati, sejalur dengan program Walikota Joko “Jokowi” Widodo dalam pemerintahannya untuk membuat Surakarta, atau Solo sebagai kota yang lebih dikenal, kota MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition) --- Pertemuan, Pendorong, Konvensi dan Pameran ---.
“Sejak awal pak Jokowi sangat mendukung. Beliau merekomendasikan SIPA dimana-mana. Itu sangat membantu kami, ” jelas Irawati.
Jokowi, menurut Irawati juga memainkan peran penting dalam merancang kembali SIPA sebagai acara tahunan, dari yang sebelumnya dua tahun sekali, menjadi pengembangan lebih gambaran tersebut.
Masih di tahun ini, Jokowi sudah tidak bisa membuka acara resmi festival karena Beliau sedang mempersiapkan peresmiannya sebagai gubernur Jakarta setelah secara resmi di umumkan sebagai pemenang pilkada, pada pemilihan 20 September melawan pemegang jabatan Gubernur Fauzi Bowo.
Upacara pembukaan pada Jumat di lihat oleh Deputi Surakarta Walikota FX Hadi Rudyatmo dengan hadirnya duta besar Korea Selatan, duta besar Philipina dan Brunei darussalam.
Pertunjukan Heliosphere, di mainkan oleh anggota dewana dari The Dream Engine dalam pembukaan festival yang bertemakan “ Penghijauan : Selamatkan Dunia Kita ” pada Jumat sore.
Pertunjukan mereka di festival itu sangat besar karena itu merupakan kali pertama pertunjukan Heliosphere, meliputi penari akrobat yang bergantung di balon helium, yang pernah di tunjukkan di Indonesia.
“ini merupakan kesempatan yang fantastis. Kami pernah membacanya di website, dan inilah pertunjukan kami di Indonesia, ” Direktur The Dream Engine, Steve Edgar mengatakan.
Penonton terutama terkejut dengan pertunjukan berani dari ketua penari Heliosphere, Robin Simpson.
“Aku kira dia seorang pria, Dia sangatla berani,” salah satu penonton berusia 23 tahun Muhammad Ikhsan berkata.
Heliosphere juga di jadwalkan untuk pertunjukan pada sabtu bersama dengan Hohgakubu Tohoku dari Jepang, Duta Seni Krakatau Steel dari Banten, teater Gui Zhi dari Taiwan, Lutgardo Luza Labad dari Philipina dan Ekspresi Bebas dari Surakarta.
Penyanyi daerah Ully Siregar Rusady, bersama dengan saudaranya Paramitha Rusadi, anaknya Elsa Siregar dan cucu-nya, Cinta, juga mengikuti pertunjukan menarik tersebut.
Setelah pertunjukannya, ully membagikan 10.000 semaian pohon sengon untuk penonton.
“ Aku tak pernah berhenti meminta orang-orang untuk menghijaukan kembali lingkungan kita, ayo hijaukan kota kita,” Ully meneriakkan.
Pada hari Minggu, hari ketiga dan hari kedua sebelum berakhirnya festival, aktifitas berlanjut dengan sebuah pertunjukan dari Carel Kraayenhof dari Belanda, diikuti dengan penampilan dari Tari Mugi Surakarta, Buntus Capoeira dari Brazil, Teater Tetas dari Jakarta dan Suvarnabhumi dari Jogjakarta.

Translated By Me : Siti Rahmah Hanifa  



0 komentar:

Posting Komentar