"Dan orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).
(yaitu) surga-surga ‘adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang-orang yang saleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya dan anak cucunya, sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;(sambil mengucapkan), “Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu.” Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu"
QS Ar-Ra'd 22 - 24
Bismillahirrahmaanirrahim
Assalamu'alaikum Sahabat
Lama tak jumpa :)
Semoga kalian selalu sehat dan dalam lindungan Allah SWT di hari ke enam bulan penuh berkah ini. aaamiin.
Detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun telah membawa cerita lama menjadi lembar dua warna. Semua dengan kisahnya masing-masing. Semua warna dan rasa meninggalkan jejak dua warna itu. Hitam putih cerita tentang kehidupan kita semua. Monokrom.
Tiga ayat di atas pagi tadi mengantarkanku pada lembar-lembar monokrom yang kurindu. Benarlah bahwa Al-Qur'an adalah penyejuk jiwa, penawar dahaga, pengobat hati yang luka, namun pencipta rindu pada kebaikan-kebaikan orang-orang baik yang membaikkan; termasuk kalian.
Putih;
Lekat dalam ingatanku bagaimana seorang kaka sepertimu memberi nasihat dengan sebutan "deeee...", memberi support yang begitu tulus, menitikkan air mata saat melihat penampilanku pada perlombaan public speaking 2013 itu, rela berbagi jajanan pada adik-adiknya; kami, yang pastilah menjengkelkan. "standar kebahagiaan", "selamatkan yang masih bisa diselamatkan" dua kalimat itu masih lekat dengan namamu, Ka Pipit.
Abadi dalam bingkai monokrom, dengan radar telepati kita dapat saling memahami. Kau teman pertama yang kukenal saat pertama kali memasuki sekolah masa putih abu-abu, meski kita berbeda jurusan. Namun hingga pada akhirnya aku pindah jurusanpun, kau menjadi teman pertamaku di kelas yang menemaniku. Cerita cinta jaman sekolah pada sepupu mu menjadikan cerita kita semakin lucu. Kamu yang paling merestui bahkan "mencie-cie -kan" aku. Tragedi salah strategi saat membeli gorengan di kantin itu abadi sekali, bagaimana kita tertawa di kelas saat semua orang tak paham apa yang kita tertawakan begitu membekas, dan, Plants VS Zombie, menjadi permainan legendaris yang membuat dirimu begitu istimewa dalam ruang hatiku, kamu, Uyuy.
Dari kalian berdua, yang paling romantis adalah moment 'honeymoon' saat di Pulau Tidung. Itu acara tour jaman sekolah, tapi di sana, kalian mengajarkanku bersepeda. Yang di sana jelas aku sangat payah. Sangat! tapi kalian tetap meyakinkanku untuk mencoba. Menghapus rasa malu yang jelas kurasa.
Dan si bungsu yang gelak tawanya begitu khas dan kuat dalam ingatanku, yang katanya kesepian saat kita sudah lulus dahulu. Ledekan tentang jari tangannya yang 'gendut' menjadi salah satu topik pem-bullyan yang menjadikannya korban 'bullying', selalu kalah dengan kakaknya kalau soal bully membully, Amsirw, sebuah nama akun yang mengingatkanku dengan nama pamanku; mang Amsir. dan sampai saat ini ia tidak mengubah nama akunnya itu, Ima.
Hitam;
Sejenak aku menghela napas. Benar, kata-kata yang diungkapkan di tengah amarah itu selalu, selalu berujung pada penyesalan. Aku yang mencari pembenaran bahwa kata-kata Dian Sastro dalam film AADC itu adalah skenario yang kubacakan, yang membawaku sampai pernah lupa pada kebenaran. Kebenaran bahwa sejatinya, amarah itu datangnya dari syetan, nafsu itu tidak seharusnya dituruti dan kesalahan itu adalah pembelajaran,
Sebelum aku tersinggung dengan tulisannya yang sekarang sudah ia hapus, terima kasih dede sudah menghapusnya :'), ia pernah bercerita tentang rasa rindu kalian yang sebetulnya sama dengan apa yang kurasa. Namun semua berubah saat negara api menyerang...
Rasa tersinggung dan pembenaran yang kucari dari diri sendiri. Yang akhirnya aku diluluhkan pada waktu, jarak dan hidayah. Ya, waktu yang menggugurkan pembenaran itu menjadi pengakuan akan kebenaran, jarak yang mengajarkan pada sikap bijak, dan hidayah yang kudapat dari Allah dengan cara Nya.
Aku sadar bahwa tak ada yang kucari selain kehidupan yang baik setelah kehidupan ini. Menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya jalan untuk sebuah tujuan. Pulang. Pulang ke rumah. Aku sadar, bahwa selalu ada nilai baik dari tiap diri; pun bila ada yang kurang baik, maka tugas kita lah untuk memperbaiki nya.
Dari relung hati terdalam, kusampaikan maaf atas segala kekonyolan sikapku, keputusanku yang keliru, kesalahanku dan segalanya yang sudah pasti menorehkan luka. Maaf :') Mungkin kata maaf tidaklah cukup, maka dari itu kulengkapi dengan doa yang kusampaikan pada bumi, agar ia naik ke langit dan sampai pada kalian.
Terima kasih, karena begitu banyak pelajaran yang diambil dari hitam putih, monokrom itu. Aku takkan mungkin menjadi pribadi seperti saat ini tanpa kalian. Aku takkan mungkin belajar bagaimana caranya berteman tanpa kalian. Aku takkan mungkin setegar ini tanpa kalian. Semua saling memberi cerita dan hikmah.
Suatu saat, saat kita kembali dipertemukan, semoga ada pelukan hangat dan salam sapaan selamat datang. Bila hubungan kita seperti gelas yang pecah, semoga gelas itu terbuat dari berlian, sehingga bilapun pecah, tetap berkilau indah. Dengan rona yang memecah monokrom. Rona kita.
***
0 komentar:
Posting Komentar