Kamis, 31 Januari 2019

Lancar Bahasa Inggris? Gampang!


Bicara tentang bahasa Inggris, kebanyakan orang yang mengenalku belakangan ini hampir ga percaya kalau aku bilang, aku ga pernah kursus & hanya belajar secara autodidak. Alhasil, banyak yang bertanya gimana caranya? Tips triknya apa sih? Dan ga sedikit yang akhirnya belajar private bareng aku. Kamu tertarik? Silakan DM di Instagram @srhanifa yaaa *loh, kenapa jadi promosi? Hehe.

Karena pertanyaan yang teman-teman sampaikan hampir serupa dan aku rasa, aku memang harus berbagi atas apa yang Allah titipkan ini, maka lewat postingan ini aku ingin sharing pengalaman, tips dan trik terkait bahasa Inggris. Selamat membaca teman-teman semua


Sharing Effect

“Ilmu lebih baik dari harta, karena harta, engkaulah yang akan menjaganya, sedangkan ilmu dialah yang akan menjagamu. Harta akan habis dengan dinafkahkan atau dibelanjakan, adapun ilmu maka ia akan semakin bertambah dengan diamalkan atau disampaikan…” [Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu]

Pesan dari Sayyidina Ali di atas tentu sudah familiar, ya? Dan ini sangat aku rasakan di kelas 7 MTs (sama dengan SMP) dulu. Aku masih sangat ingat, saat itu guru bahasa Inggris kami memberikan PS bahasa Inggris (Sebenarnya si PR, tapi pagi itu sebelum mulai pembelajaran ternyata banyak yang belum mengerjakan dan banyak yang mengerjakan di sekolah hehe, kamu suka gini juga ga di kelas? Jadilah PR berganti nama menjadi PS singkatan dari Pekerjaan Sekolah). PS saat itu tentang Simple Present Tense, yang menurutku gampang. Tapi ternyata hampir semua teman sekelasku merasa kesulitan. Tanpa sungkan aku membantu teman-teman sekelas. Entah kenapa, sejak saat itu rasanya belajar bahasa Inggris terasa lebih mudah.

See? Padahal hanya membantu sekedarnya, tapi ternyata sesuatu yang aku sebut sharing effect itu sangat terasa. You don’t need to be perfect for sharing, just share it to make it perfect, even just a little. Jadi saranku, cobalah belajar sambil mengajar. Mungkin kamu bisa buat kelompok belajar bareng, sharing bareng dll. Intinya, bagikan apa yang kamu pelajari, sedikit ataupun banyak.

Everyone has his own timing

Jangan minder kalau liat teman di sekitarmu bisa bahasa Inggris. Tapi, ganti rasa minder itu dengan rasa ingin tahu dan semangat tinggi. Caranya? Jangan sungkan untuk bertanya dan belajar dari dia. Dia yang bisa pun dulunya ga bisa kok. Ada proses yang dia lalui. Kamu belum bisa, bukan nggak bisa. Kamu belum semahir dia karena belum melewati prosesnya. Meskipun proses yang akan kamu lalui belum tentu sama dengan dia, tapi at least kamu belajar dari dia yang ‘udah duluan berproses’, and create your own timing. Kapan? Sekarang dong jangan nunggu besok. Hehe

Start from something you like, easy, fun and CHALLENGING!

Kita gak bisa memukul rata semua orang dengan cara A aja. Sama kayak untuk dapetin angka 9, kita bisa gunakan 5+4, 6+3, 2+7 dll. Ada banyak cara! Banyak banget. Kamu bisa mulai dari apa yang kamu suka. Kalau suka baca buku, kamu bisa mulai dengan baca buku-buku bahasa Inggris baik itu novel atau buku tentang grammar. Meskipun dalam komunikasi grammar itu ga gitu penting, tapi tetap wajib dipelajari karena itu akan membuat bahasa kita lebih terstruktur (anyway habit membaca buku sebenernya wajib kita tanamkan. Aku yang dulu ga rajin baca buku aja, Allah mudahkan untuk berproses sampai saat ini. Dan setelah aku rutinkan membaca buku, rasanya jauh lebih melesat). Atau bisa juga dari film, webtoon (versi bahasa Inggris), games, lomba dll.

To be honest, berangkat dari ‘sharing effect’, bahasa Inggrisku banyak berkembang dari dunia perlombaan. Meskipun aku ga pernah ikut kursus, tapi aku ga menafikkan bahwa aku bisa karena kehadiran guru-guru bahasa Inggrisku yang kemudian menjadi mentor yang luar biasa (Jazakumullah khayr Miss Nining & Mr Iday). Dulu, saat masih MTs kelas 7 aku dikenalkan dengan dunia perlombaan oleh wali kelas sekaligus guru bahasa Inggrisku, Miss Nining (anyway beliau tetanggaku juga loh hehe) khususnya lomba English Public Speaking & English Story Telling. Kelihatannya gampang, cuma bicara di depan orang aja. Padahal prosesnya itu, maa syaa Allah. Mulai dari mencari judul dari tema yang disediakan, mencari sumber-sumber literatur, mengolah data dan fakta menjadi informasi (kalau public speaking, kita ga cuma meng-influence aja, tapi ada data yang harus disampaikan), penyusunan teks, revisi (rasa skripsi), latihan, dll. Kebayang ya, gimana perjuangannya? Hehe.

Something we like, easy and challenging’, emang ga selalu berdampingan. Yang aku hadapi, jelas ga mudah. Tapi karena suka dan menantang, apa yang keliatan ga mudah itu, Allah mudahkan. Lulus dari MTs dan melanjutkan di tingkat SMK pun ga membuat langkahku terhenti. Justru malah semakin berkembang. Dulu, aku berangkat atas informasi lomba dari sekolah. Namun di masa SMK, selain dari informasi sekolah, aku pun sering berinisiatif mencari info lomba dan mengajukan ke sekolah. Tanpa ragu, aku meminta bimbingan guru bahasa Inggrisku, Mr Iday. Tak jarang, kami berlatih di depan kelas dengan teman-teman sebagai ‘juri’ nya. mereka memberi penilaian dan membuat mentalku lebih siap menghadapi perlombaan. Kenangan yang sangat manis :’) apalagi kalau teringat bahwa Mr Iday ini memperlakukanku sama dengan murid lainnya saat di kelas. Tapi di luar kelas, dengan potensi yang beliau lihat ada padaku, beliau memberikan tugas-tugas tambahan yang nyatanya benar-benar membuatku berkembang. Sekali lagi, jazakallah Mr Iday!

Glossary!

“see what you see, write what you see, memorize what you write” -Miss Nining-

Aku masih ingat, di kelas bahasa Inggris dulu, Miss Nining mengajarkan kami kalimat yang begitu sakti. Saat itu beliau bilang, kalau kami terapkan ini dengan baik, beberapa tahun kedepan kosakata kami bukan hanya lebih banyak, tapi bisa saja mengungguli Miss Nining. Soal ‘mengungguli’ ini, aku tidak bisa mengukurnya, namun kalau bicara tentang perkembangan, ya memang konsistensi yang kujaga dari kalimat sakti Miss Nining ini begitu terasa.

See what you see, write what you see, memorize what you write adalah tentang bagaimana melatih kepekaan kita. Melihat apa yang ada di sekitar kita, di manapun, saat kita melihat benda-benda yang kita belum tahu bahasa Inggrisnya. Tuliskan kosakata tersebut di buku saku (buku kecil yang bisa dikantongin hehe), terjemahkan lalu menghafalnya.

Sekarang, kita memang dimudahkan dengan adanya digital dictionary baik yang online maupun offline. Bermanfaat memang, akupun sering pakai kok. Tapi secanggih apapun itu, bagiku masih belum ada yang bisa menggantikan kekuatan menuliskan kosakata di buku saku ini. Sampai sekarang, aku selalu meningkatkan kosakataku lewat cara ini.

Mentors & Partners

Serunya di dunia kompetisi itu, selain kita dapat ilmu, pengalaman, hadiah (kalau menang hehe), kesedihan (iya, pas kalah wkwk. Ralat ya, bukan kesedihan, tapi pembelajaran), kita juga dapat mentor baru. Aku selalu menanamkan pada diri sendiri bahwa boleh lah mereka (peserta lain) jadi kompetitor kita di atas panggung. But when the show ends, mereka justru bisa jadi mentor kita. Dengan menjalin pertemanan (bahkan aku punya sahabat yang berawal dari lomba ini), lalu kita belajar dari dia. Siapa tau caranya belajar ternyata cocok untuk kita. And it works!

Bicara tentang partner (bukan partner hidup yaa hmmmm), pernah ga ngerasain di sekitar kita ada yang nyeletuk “sok Inggris banget sih!” nah nah, ini semacam English Phobia yang sedikit banyak jadi penghalang untuk sebagian orang belajar bahasa Inggris. Apa jangan-jangan kamu punya phobia ini? Hehe, jangan yaaa. Pesanku, ga perlu terpengaruh dengan omongan semacam itu. Bukannya yang bisa bermula dari ga bisa? Kalau terus dengerin omongan dia, kapan mau bisa nya? daaan yuk coba ciptakan lingkungan di mana kamu bisa dapet partner yang saling mendukung, bisa belajar bareng, akhirnya berkembang bareng. Seru kan? Kamu bisa mulai ajak temanmu, buat komunitas, atau gabung komunitas belajar bahasa.

There is no elevator to get success, but stairs (anyway it’s not always bad, TBH)

Seram ya kalau denger kata “ga ada yang instan, semua butuh proses”, “ga ada lift buat sukses, adanya tangga tuh, jauh lagi di sana”, hehe. Mari kita ubah mindset kita dari yang terlihat menyeramkan menjadi menyenangkan. Sebetulnya kalau kita renungi, dalam proses, ada kesabaran, perjuangan, semangat, air mata sampe duka lara (huhu) di dalamnya. Tapi jangan lupa, selama kita ikhlas dan melibatkan Allah di dalamnya, semua mendatangkan pahala terlebih soal menuntut ilmu. Hei hei, belajar bahasa Inggris memang beda dengan belajar agama. Tapi bukankah dengan kita bisa berbahasa Inggris, kita bisa berdakwah dengan teman-teman muslim maupun non-muslim yang hanya bisa berinteraksi dengan menggunakan bahasa Inggris? Lalu, saat kita mengajarkan ilmu kita dan menjadi kebermanfaatan, bukankah ada berkah dan pahala jariyah untuk kita? Maka nikmati prosesnya. Sesekali, beristirahatlah di anak tangga yang sekarang kamu berada dan lihatlah, sudah sejauh ini :’), maa syaa Allah! Kamu luar biasa!

Sacrifice is okay!

Selalu ada pengorbanan, dan itu gak apa-apa banget. Baik dari pengorbanan waktu, uang, kerja keras dan lain sebagainya. Dan ingat, sebagai pembelajar di kelas kehidupan, pengorbanan dalam belajar itu gak cuma memenuhi wajib belajar 12 tahun aja, hehe. Tapi berlanjut sampai akhir menutup mata. Selalu ada pilihan berkorban setiap harinya. Saat pagi, apakah kita mau mengorbankan waktu 30 menit – 60 menit untuk belajar hal baru tentang bahasa Inggris? Atau at least, 15 menit deh. Setiap harinya, kita harus punya progress. Baik itu dari penguasaan grammar, kemampuan speaking dan lainnya. karena proses akan membawa kita pada progress. Dan pengorbanan untuk kebermanfaatan, insyaa Allah akan diganjar dengan hasil yang baik.

Speak in front of the mirror

Ini bukan salah satu gangguan kejiwaan ya, bukan, hehe. Ini adalah salah satu cara ampuh (banget) untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris kita. Jujur, aku sering berlatih berbicara di depan cermin khususnya ketika akan lomba. Percayalah, di balik 1 kali pembacaan pidato dalam perlombaan, ada puluhan kali latihan di belakangnya.

Aku juga sering menjadikan ini sebagai media untuk emotional release yang ternyata baik untuk psikologi. Kadang, ketika penat, sedih dan lain-lain, selain berkeluh kesah dalam doa, aku sering berbicara di depan cermin, dengan bahasa Inggris tentunya. Tahu ya, kalau musuh terbesar kita itu adalah diri kita sendiri. Di sini, kenapa enggak kita ganti musuh menjadi sahabat? kelemahan menjadi kekuatan? Diri kita yang negatif menjadi positif?

Prosesnya memang sedikit lucu. Ketika di depan cermin dan mulai bercerita tentang perasaanku sendiri, selain berfokus pada masalah dan solusi (ketahuan deh kalau aku lebih sering ngobrol di depan cermin saat kondisiku kurang baik, hehe), biasanya di tengah pembicaraan, adaaaaa aja kosakata yang ternyata aku belum ketahui. Dari situ, langsung cek kamus, coba spelling dan lanjut bercerita sampai selesai.

Ya, itu adalah beberapa hal yang bisa aku bagikan untuk saat ini  terima kasih banyak untuk kamu yang sudah bertanya. Kalau ada pertanyaan tentang bahasa Inggris, bisa isi kolom komentar di bawah ini ya. Atau DM di Instagram @srhanifa.

Keep learning, my friends!

4 komentar: