Senin, 17 Juni 2019

The Growth #5: Qur'an, Soul and Journey


"Ka hanii cerita dong awal mula pakai cadar kenapa? Dan awal mula suka baca quran di tempat pernikahan gt"

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Halo de! Untuk sharing soal cadar/niqab, bisa baca artikel Kaka ini ya: The Growth #4: Hijab Syar'i & Niqab, Change and Challenge. Nah di tulisan kali ini, Kaka akan share tentang Qur'an, Soul and Journey. Selain menjawab pertanyaan kamu, kakak pun akan berbagi cerita, juga memanfaatkan moment ini untuk mengenalkan sebuah Qur'an Project yang insyaa Allah sedang dalam proses penggarapan. Mohon doanya ya :)

Being Qur'an Reciter in some wedding events. How come?...

Begini, sebetulnya ini berawal dari keinginan untuk 'turut memberi sumbangsih di hari bahagia teman'. Saat itu, satu persatu teman dan sahabat mulai membagikan undangan pernikahan. Aku sempat berpikir tentang apa yang bisa aku berikan sebagai teman, apa yang bisa kubantu, apa yang bisa ku support. Karena mereka tahu ketika sekolah dulu aku sering membaca Al-Qur'an di acara sekolah, akhirnya beberapa ada yang memintaku membaca Al-Qur'an. Ada juga yang memang aku tanyakan tentang pembaca Al-Qur'an di acara pernikahan mereka. Kalau memang belum ada yang mengisi, biar kubantu saja.

Aku hanya ingin membantu dengan yang kumampu. Bukan untuk kembali dibantu oleh mereka, atau imbalan lainnya, bukan. Tapi aku hanya berharap Allah ridha padaku, memberi keberkahan pada pernikahan mereka dan kelak, semoga Allah memberikan bantuan padaku di hari bahagiaku nanti. aamiin allahumma aamiin. Hal ini senada dengan Laela Fitria (sahabatku yang menjadi saritilawah di beberapa kesempatan). Kami memiliki motivasi dan semangat yang sama. Doakan kami ya :)

"Kok bisa? lagam nya pakai lagam apa? dan gimana kak belajarnya?"

Kalau mau tau jawabannya, baca artikel ini sampai habis ya, hehe. Semangat!

How I get started and grown...

Tahun 2007, adalah tahun pertamaku mengikuti lomba MTQ sekaligus lomba pidato bahasa Indonesia, yang juga menjadi panggung public speaking pertamaku. Saat itu, Alhamdulillah Allah hadiahkan tropi juara 1 MTQ bersamaan dengan tropi juara 1 lomba pidato. Yang keduanya hingga saat ini menjadi bagian paling menyenangkan dan menenangkan dalam hidupku. Keduanya merupakan passion yang ternyata sudah kubentuk sejak kecil. Namun, membaca Al-Qur'an memiliki kesan yang jauh lebih mendalam, sangat mendalam.

Bisa dibilang, kemampuanku dalam membaca Al-Qur'an dengan lagam, atau yang biasa disebut dengan MTQ pada dasarnya adalah bakat yang diturunkan oleh ibuku. Ibuku sejak saat muda dulu menekuni MTQ begitupun dengan pamanku, yang kemudian aku lebih banyak belajar pada paman (yang biasa kupanggil mamang, karena ia adik ibuku). Beberapa waktu aku diminta untuk membaca Al-Qur'an di acara sekolah (saat itu aku bersekolah di MIS Hidayatul Islamiyah, Cibinong). Pada saat itulah aku berkesempatan belajar pada kakak-kakak yang melakukan praktik mengajar di sekolahku. Namun aku tidak menekuninya secara mendalam. Hanya kemampuan dasar saja dan sesuai dengan keperluan.

Naik tingkat pada saat mengenyam Sekolah Menengah Pertama, di MTs Al-Asiyah, aku mengambil 2 kegiatan eskul berbeda. Yaitu MTQ dan English Club sebelum akhirnya tergabung di Pengurus Bahasa. Di masa itulah aku banyak belajar pada pak Saefullah, guru MTQ yang juga guru Al-Qur'an Hadits, yang anaknya, Zahrotul Humairoh menjadi sahabatku di 2 tahun terakhir masa SMP (Kami berbeda sekolah saat masa-masa SMA). Anyway, Umay sekarang sudah nikah dan punya anak, semoga Allah memberkahi keluarga kecil kalian. aamiin. Saat itu, aku sempat mengikuti beberapa perlombaan namun hasilnya tidak begitu menggembirakan karena kurangnya waktu berlatih sementara aku pun mulai menekuni dunia public speaking. Kembali, aku tidak menekuninya secara mendalam

Pada masa SMA, aku bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan. 3 bulan pertama di SMK TI Al-Asiyah dengan jurusan RPL (read: pernah menjadi calon programmer pada masanya hehe) yang kemudian pindah ke SMK Generasi Madani dengan jurusan yang sama, di mana sebelum UAS akhirnya memutuskan untuk pindah ke jurusan Multimedia. Saat itu aku lebih banyak belajar tentang IT, perfilman dan dunia multimedia lainnya. Kembali, aku tidak menekuni dunia MTQ secara mendalam. Namun, saat itu sekolah memiliki program hafalan Qur'an dimana aku tergabung dalam Rohis. Aku sering mendapat kesempatan untuk membaca Al-Qur'an setiap pagi, belajar tahsin dan tahfidz sepulang sekolah. Bisa dibilang, meski tidak sebanyak mereka yang mendapat kesempatan menjadi santri, aku bersyukur mendapatkan kesempatan belajar Al-Qur'an dan Islam secara holistik di sekolah. Saat itu, pertanyaan-pertanyaan kritisku tentang Islam selalu dan selalu dapat dijawab oleh guru kami yang sudah seperti ayahku hingga saat ini. Jazakallah khayr Abi Wahyu.

The journey with Qur'an after graduating...

Dunia perkuliahan menjadi dunia yang ternyata lebih berwarna dan 'menyibukkan'. Dalam pertemanan yang beragam, perjalanan karir, aktifitas organisasi, hingga kesempatan belajar ke luar negeri awalnya membuatku tidak menaruh perhatian lebih pada Al-Qur'an. Namun, dalam menyusun jadwal produktif harian aku selalu memasukan agenda tilawah Qur'an dalam keseharian. Tidak banyak, namun insyaa Allah yang sedikit ini menjadi berkah dan menjadi lebih banyak. Aku pun merasa bahwa ketenangan terbaik selalu datang dari Al-Qur'an, maka agenda rutin ini sudah menjadi daily vitamin yang harus terpenuhi, sesibuk apapun.

Waktu berlalu hingga proses hijrah yang signifikan terjadi 2 tahun lalu. Perjalanan ini membuatku lebih banyak lagi menghabiskan waktu dengan Al-Qur'an. "Boleh jadi aku tidak memiliki kesempatan belajar Al-Qur'an di pondok pesantren, tapi insyaa Allah, bismillaah, ini akan menjadi bagian dari 'kelas kehidupan' hingga aku berpulang" ucapku dalam hati. Aku kemudian belajar secara mandiri dengan sering mendengarkan tilawah Qur'an dari Ammar Channel baik itu di YouTube maupun di Soundcloud, baik secara online maupun offline (download & convert file audio). Qori favoritku adalah Muzammil Hasbalah, Taqy Malik, Salim Bahanan & Ibrahim El Haq (semoga Allah senantiasa memberkahi kalian, aamiin allahumma aamiin). FYI, untuk membaca Al-Qur'an dalam event pernikahan, aku mempelajari lagam yang dibawakan oleh Muzammil Hasbalah. Biasanya aku pelajari di pagi hari secara mandiri. Namun untuk tahsin dan perbaikan, aku masih belajar pada Abi Wahyu.

Al-Qur'an memang penyembuh segala macam penyakit, termasuk penyakit hati. Semakin banyak membaca Al-Qur'an, semakin tenang perasaan di hati. Dalam kondisi apapun, rasanya selalu tenang, shalat pun terasa sangat nyaman. Di tengah kesibukan pekerjaan dan rutinitas lainnya, untuk tetap terhubung dengan Al-Qur'an, aku menjadikannya sebagai playlist yang lebih mendominasi dari lagu di hp. Sehingga saat ingin mendengarkan lagu, yang kubuka justru Qur'an Playlist. 

Yang menyenangkan adalah ketika di Jerman dan sekitarnya beberapa waktu lalu.

Kalau dulu, lagu-lagu yang menemani perjalanan, kalau sekarang sudah terganti dengan murattal. Sepanjang perjalanan terlebih saat berjalan sendiri, aku hanya mendengarkan QS Yunus ayat 1-10 yang dibacakan Taqy Malik saat Japan Tour Ammar Channel.

Berjalan, berjelajah, berpindah dari lokasi satu ke lokasi lainnya dengan mendengarkan kalam Allah, ada di tengah-tengah bagian dunia yang belum pernah ku singgahi, ribuan mil jauhnya dari rumah, merenungi ciptaan Nya, merenungi diri dan segala kekhilafan, merasa terasing sebagai muslim, juga merasa begitu hangat saat bertemu dengan muslim lainnya. Rasanya begitu kecil, namun begitu beruntung. Jadilah sepulang dari perjalanan, ketika mendengarkan QS Yunus lagi, rasanya aku kembali ke tempat-tempat yang telah kusinggahi dengan hati yang tertuju pada Allah. Maa syaa Allah! kamu harus cobain juga ya!

Qur'an Project : ChangesMakers 1.0 & 2.0 (Insyaa Allah, bismillaah)

Aku mengagumi mereka, yang mendapat akses belajar agama lebih dalam dan mengamalkannya dalam keseharian. Aku juga mengagumi mereka, yang sekalipun tidak mendapat akses belajar agama lebih dalam, tetap gigih belajar dan mengamalkannya dalam keseharian. Dari 2 poin yang kusebutkan, aku termasuk dalam poin ke 2 dan ingin mengajak ke sebanyak-banyaknya orang untuk bergerak lebih baik lagi, termasuk dalam mengenal agama ini.

Beberapa bulan sepulang dari Istanbul dan Ankara, Turki dalam program Ally For Future (program kepemimpinan untuk muslimah perwakilan dari negara OIC) membuatku berpikir untuk memberikan kontribusi lebih pada wanita muslim Indonesia. Terlebih di saat yang bersamaan, aku pun sedang berniat membeli Al-Qur'an Alhufaz yang didesain untuk memudahkan proses hapalan. "Kenapa sendiri kalau bisa bareng-bareng?" gumamku dalam hati.

Tercetuslah untuk membuat sebuah proyek sederhana dengan visi: To create a better future with young muslim women roles as positive changes makers though Islam value. Kegiatannya, belajar tahsin & tahfidz rutin secara online sekaligus pembekalan kepemimpinan untuk kemudian dijalankan di keseharian dan dengan challenging individual project. Dengan donasi dari sahabat-sahabat shaleh dan shaleha, alhamdulillaah terkumpul dana untuk membeli 16 Al-Qur'an Alhufaz. 12 Al-Qur'an dibagikan kepada 12 peserta dari 12 daerah di Indonesia, 4 sisanya diberikan kepada 4 orang panitia. Karena kami belajar bersama :)

Alhamdulillaah project telah dijalankan selama 7 bulan dan kini, kami bersiap untuk menggarap Changes Makers Project 2.0. Untuk kamu yang penasaran dengan project ini, mau menjadi peserta, donatur atau memberikan masukan apapun, silakan follow akun instagram @changesmakers .

Di akhir tulisan ini, aku meminta doa darimu ya :) semoga Al-Qur'an senantiasa melekat dalam jiwa di setiap perjalanan kita. Al-Qur'an, Soul and Journey. aamiin allahumma aamiiin


1 komentar:

  1. semgatt tz hany������ smoga allah slalu melimpahkan keberkahan untukmu..

    BalasHapus

@SRHanifa

No one can go back to the past and start it back like a new thing. But, everyone can start new thing today and create a new ending -Maria Robinson-
Grand final of 2015 JCI Indonesia Public Speaking Championship. @SRHanifa 3rd Winner

Popular Posts